Kamis, 10 April 2014

laporak ukk

PENENTUAN TOTAL KESADAHAN SAMPEL AIR TANAH

dengan METODE TITRIMETRI


I.              TUJUAN
Menentukan kesadahan total dalam sampel air.
II.              DASAR TEORI
Proses titrimetri atau titrasi terjadi jika larutan baku ditambahkan pada larutan yang akan dianalisis sampai reaksi selesai dengan sempurna secara kuantitatif. Analisis titrimetric (volumetri) adalah suatu proses untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu zat dengan mengukur volume secara kuantitatif larutan pereaksi yang digunakan untuk bereaksi sempurna dengan zat yang akan ditentukan. Dalam analisis volumetri perhitungan-perhitungan yang digunakan didasarkan pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi kimia seperti :aA + tT produk, a merupakan molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T disebut titran, ditambahkan sedikit-demi sedikit, biasanya dari dalam buret dalam bentuk larutan yangkonsentrasinya telah diketahui dengan cara standardisasi.
Penambahan titran diteruskan sampai jumlah T yang secara kimia setara dengan A, maka dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Titik ekivalen adalah titik kesetaraan yaitu suatu akhir reaksi secara teoritis dimana reaksi berjalan secara stoikiometri. Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan maka digunakan suatu zat yang disebut indikator harus dapat menunjukkan perubahan nyata pada saat reaksi antara larutan yang dititrasi dan larutan penitrasi sudah sempurna.
Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.Dalam kondisi idealnya adalah titik akhir sedekat mungkin dengan titik ekivalensi sehingga pemilihan indikator yang tepat merupakan salah satu aspek yang penting dalam analisis titrimetri untuk mengimpitkan kedua titik tersebut.
Air sadah dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.    Air sadah sementara (temporer)
2.    Air sadah tetap (permanen).
Kesadahan sementara disebabkan karena garam-garam karbonat (CO3-) dan bikarbonat (HCO3-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).Garam karbonat merupakan garam yang tidak larut, sedangkan garam bikarbonat merupakan garam yang larut. Garam karbonat dengan air dan karbon dioksida di udara akan membentuk garam bikarbonat yang larut. Oleh karena itu semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida di udara, semakin tinggi kelarutannya, dalam bentuk reaksi berikut:
CaCO+ CO+ H2O → Ca(HCO3)2
tidak larut larut
Kesadahan air ini bersifat sementara, karena dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tidak larut dan mengendap, sehingga dapat dihilangkan dengan mudah.
Ca(HCO3)→ CaCO3 + H2O+ CO2
dipanaskan (mengendap)
Kesadahan tetap disebakan oleh adanya garam-garam klorida (Cl-) dan sulfat (SO4) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kesadahan karena garam-garam tersebut bersifat tetap dan sangat sukar dihilangkan. Prinsip : Bila asam ethylene tiamin tetra asetat dan garam Natrium nya ditambahkan kedalam suatu larutan dari kation logam tertentu akan mambentuk kompleks khelat yang mudah larut. Jika sedikit pewarna seperti eryochrom blackT ditambahkan ke dalam larutan air yang mengandung ion-ion kalsium dan magnesium pada pH 10, maka larutan tersebut akan berwarna merah anggur. Jika EDTA ditambahkan sebagai titran,maka kalsium dan magneasium akan membentuk kompleks. Setelah EDTA ditambahkan pada kompleks kalsium dan magnesium, maka larrutan merah anggur berubah menjadi biru’ yang merupakan titik akhir titrasi. Ion Mg harus ada supaya diperoleh titik akhir titrasi yang sempurna.Untuk itu didalam larutan dapatditambahkan Mg netral dari EDTA sehingga secara otomatis memberi cukup Mg dan juga meniadakan koreksi dengan blangko.Batas waktu penundaan titrasi  untuk memperkecil kemungkinan pengendapan CaCO3 adalah 5 menit.
Rumus dari EDTA adalah

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMlJEX95pLjmdgR5saX4IrhF-34tSlv11ZNmEVuIhcy6enUfgqytpcKnShHWqvMKfNjcUoTJKWhtfdIf98bCUWyaNs5UAl6T4YS0fBvXD8RQjiu6v18PHCQflnO0u-WV31LqUjLKix6vA/s320/kesadahan.jpg

III.              ALAT DAN BAHAN
A.  Alat
1.    Gelas ukur 50 ml
2.    Pipet volume 25 ml
3.    Corong gelas
4.    Pipet volume 10 ml
5.    Erlenmeyer 250 ml
6.    Propipet
7.    Gelas beaker 250 ml
8.    Pipet tetes
9.    Buret, statif, dan klem
10.    Pipet ukur 1 ml
11.    Botol semprot
B.  Bahan
1.    Sampel air
2.    Aquadest
3.    Larutan CaCO30,01 M
4.    Larutan buffer pH 10±0,1
5.    Indicator EBT
6.    Larutan Na2EDTA

IV.            GAMBAR ALAT          
     Gelas ukur              Pipet ukur           Erlenmeyer            Pipet tetes
          Buret              Pipet volume      Botol semprot             Pro pipet
   Corong gelas

V.            CARA KERJA
A.  Standardisasi larutan Na2EDTA
1.    Memasukkan 10 ml larutan standard CaCO3 0,01 M ke dalam 3 buah erlenmeyer 250 ml.
2.    Menambahkan 40 ml aquadest dan I ml larutan penyangga (buffer) pH 10±0,1.
3.    Menggojog hingga homogen ketiga erlenmeyer tersebut
4.    Ditambahkan 3-5 tetes indikator EBT.
5.    Melakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA. Titik akhir titrasi adalah ketika terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru.
6.    Mencatat volume Na2EDTA yang digunakan.
7.    Diulangi titrasi 3 kali untuk erlenmeyer II dan III.
8.    Dihitung molaritas dari Na2EDTA.
B.  Pengujian kesadahan total (CaCO3)
1.    Memasukkan 25 ml sampel ke dalam 2 buah erlenmeyer 250 ml.
2.    Menambahkan 25 ml aquadest dan I ml larutan penyangga (buffer) pH 10±0,1.
3.    Menggojog hingga homogen.
4.    Ditambahkan 3-5 tetes indikator EBT.
5.    Melakukan titrasi menggunakan larutan baku Na2EDTA. Titik akhir titrasi adalah ketika terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru.
6.    Dicatat volume Na2EDTA yang digunakan.
7.    Diulangi titrasi 2 kali untuk Erlenmeyer II.
8.    Dihitung kesadahan total terhadap sampel air.

VI.              HASIL ANALISIS
A.  Standarisasi larutan Na2EDTA
No.
Titrasi
Volume CaCO3 (ml)
Volume Na2EDTA (ml)
1.
I
10
2,5
2.
II
10
2,4
3.
III
10
2,5
Rata-rata
2,47

                      
B.  Pengujian kesadahan total
No.
Titrasi
Volume sampel (ml)
Volume Na2EDTA (ml)
1.
I
25
4,4
2.
II
25
4,8
Rata-rata
4,6

                                  =
                                  = 736 ppm
                       
VII.              PEMBAHASAN
Menurut SNI 06-6989.12-2004, prinsip dari analisis pengujian kualitas air (kesadahan total) adalah: Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca +Mg). Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh uji dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap sebagai magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi indikator Eriochrome Black T (EBT) hanya akan bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini akan didapat kadar kalsium dalam air (Ca).
Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh, yang dihitung sebagai CaCO3.
Kesadahan total dari sampel air yang didapat dalam analisis ini yaitu sebesar 736 ppm. Menurut permenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimal yang diijinkan untuk kesadahan air minum dan air bersih adalah 500 mg CaCO3/liter (ppm). Itu berarati, sampel air tidak layak dikonsumsi.
Reaksi yang terjadi yaitu :
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOhZm2L-MUA-OjdbBwyCPiLR_3NO2p-Bh7Ut3xPLQpWNzKuRki3-AjF0MSVj6BhlP3tq5s-hJFdg9sfUhDPXEj6B4c49M-b1XyMXn5_RTyMt8ZFopAAWRwkdl6_vmwuCs8dRNqueaI2Fo/s320/kesadahan1.jpg

VIII.              KESIMPULAN
Dari analisis ini didapatkan hasil kesahan total sampel air sebesar 736 ppm dan sampel air ini tidak layak dikonsumsi.



















PENENTUAN KADAR BERAT Ni
SEBAGAI NIKEL DIMETIL GLIOKSIM

I.              TUJUAN
1.    Menganalisa suatu bahan kimia secara gravimetri.
2.    Menentukan kadar berat Ni dalam larutan sebagai Nikel Dymethil Glyoxim.

II.              DASAR TEORI
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan. Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya.Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua penomena yang berbeda.Sebagai contoh pada postpresipitasi, semakin lama waktunya maka kontaminasi bertambah, sedangkan pada kopresipitasi sebaliknya.Kontaminasi bertambah akibat pengadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi tidak pada kopresipitasi (Khopkar, 1990).
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan.
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti berikut:
a A + r R → AaRr
dimana a molekul analit bereaksi dengan r molekul R menghasilkan AaRr.
 Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika persyaratan berikut dapat terpenuhi :
1.      Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut.
2.      Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan (dengan penyaringan).
3.      Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut
Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut :
1.    Pelarutan sampel (untuk sampel padat).
2.    Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi. Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan.
Tahap analisa gravimetri yang paling penting, yaitu:
1.      Penyaringan endapan.
2.      Pencucian endapan dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan tertentu.
3.      Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.
4.      Penimbangan.
5.      Perhitungan

III.              ALAT DAN BAHAN
A.  Alat


1.    Gelas ukur 250 ml
2.    Pipet ukur 5 ml
3.    Gelas beaker 500 ml
4.    Gelas ukur 50 ml
5.    Neraca analitik
6.    Propipet
7.    Gelas arloji
8.    Pipet tetes
9.    Kompor listrik
10.    Penangas air
11.    Termometer
12.    Penyaring kaca masir
13.    Pompa vakum
14.    Oven
15.    Desikator
16.    Krustang
17.    Spatula
18.    Pengaduk gelas
19.    Botol semprot
20.    Gelas beaker 100 ml
21.    Tabung reaksi
22.    Pipet ukur 1 ml


B.  Bahan
1.    Ni(NO3)2 . 6H2O
2.    Aquadest
3.    Larutan NH4OH encer
4.    Larutan DMG 1%
5.    Larutan HNO31 N
6.    Larutan AgNO3 1 N
7.    Larutan HCl 1:1

IV.              GAMBAR ALAT         
     Pipet ukur               Pipet tetes             Gelas ukur         Pipet volume
  Botol semprot           Pro pipet            Gelas beaker             Gelas arloji
       Spatula            Pengaduk gelas    Neraca analitik       Kompor listrik
Description: http://matainginbicara.files.wordpress.com/2007/06/vacuum_pump.jpg
Termometer                   Oven                Desikator             Pompa vakum
Description: http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSsrFh6eMb6TTvxqz0Z09phl27WhQzxwu8yK73b1nzqwpNcY2HIMw
    Krustang

V.              CARA KERJA
1.    Menimbang Ni(NO3)2 . 6H2O seberat 0,1982 g.
2.    Melarutkan dengan HCl 1:1 sebanyak 5 ml dan di add dengan aquadest sampai 200 ml dalam selas ukur.
3.    Dipindahkan larutan tersebut ke dalam gelas beaker 500 ml.
4.    Memasukkan gelas beaker berisi larutan tersebut ke dalam penangas (700-800 C).
5.    Ditunggu sekitar 20 menit hingga suhu dalam gelas beaker mencapai suhu 700 C.
6.    Ditambahkan 25 ml DMG 1% secara perlahan ke dalam gelas beaker, kemudian tambahkan larutan NH4OH encer bertetes-tetes sampai terbentuk endapan bewarna merah dan berbau ammonia.
7.    Mendigesti dalam penangas dengan suhu 600 C selama 30 menit.
8.    Menguji larutan tersebut denagn NH4OH encer sampai tidak ada kabut merahnya lagi.
9.    Didiamkan selama 1 jam.
10.    Disaring dengan kaca masir.
11.    Mencuci endapan dalam kaca masir dengan aquadest sampai tidak lagi mengandung Cl (klorida). Untuk menguji keberadaan Cl, ambil 1 ml filtat, tambahkan 1 ml HNO3 dan setetes AgNO3. Jika masih keruh artinya masih ada Cl yang tersisa sehingga harus dilakukan pencucian ulang.
12.    Memasukkan dalam oven selama 2 jam.
13.    Dipindahkan dalam desikator selama 20 menit, kemudian ditimbang.
14.    Melakukan penimbangan 3 kali atau sampai mendapatkan berat konstan.
15.    Untuk penimbangan kedua dan ketiga, pengovenan cukup selama 30 menit, kemudian memasukkan dalam desikator selama 30 menit.
16.    Ditimbang lagi endapan tersebut.

VI.              HASIL ANALISIS
A.   = 0,1982 gram
B.  Berat kaca masir kosong = 66,1610 g
C.  Hasil penimbangan
No.
Penimbangan
Berat kaca masir + endapan
1.
I
66,3541 g
2.
II
66,3534 g
3
III
66,3531 g
C.  Berat endapan
Berat endapan = (berat kaca masir + endapan) – berat kaca masir kosong
                                    = 66,3531 g – 66,1610 g
                                    = 0,1921 g
Kadar Ni yang didapat : =   x 100 %
                            =  x 100 %
                            = 19,567 %

VII.              PEMBAHASAN
Pada analisis kali ini, menentukan kadar berat Ni2+ sebagai Ni Dimethyl Glyoxim. Analisis gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawaan tertentu dari unsur tersebut, dalam bentuk semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Sebagian besar penetapan pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau radikal yang akan ditetapkan menjadi senyawaan yang murni dan stabil,yang dapat diubah dengan mudah menjadi satu bentuk yang sesuai untuk ditimbang. Lalu bobot atau radikal itu dengan mudah dapat dihitung dari pengetahuan kita tentang rumus senyawaannya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya (konstituennya). Larutan nikel dibuat dengan melarutkan garam nikel dalam air yang ditambahkan larutan HCl, karena HCl dapat melarutkan nikel dengan membentuk gas hidrogen.
Agar terjadi pengendapan, maka pada larutan tersebut ditambahkan pengendap organik yaitu Dimetilglioksim (DMG) 1%. Penambahan DMG akan membentuk kompleks dengan nikel dan menimbulkan warna merah pada endapan yang terbentuk jika ditambahkan NH4OH sedikit berlebih. Endapan yang didapat yaitu endapan setelah pengovenan sampai diperoleh berat konstan.

VIII.              KESIMPULAN
Dari analisis yang dilakukan didapatkan hasil kadar Ni dalam sampel adalah 19,567%.


MENGHITUNG JUMLAH SEL

I.              TUJUAN
Menghitung jumlah sel dalam sampel air
II.              DASAR TEORI
Air yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari mengandung berbagai jenis mikroba (patogen dan nonpatogen) di dalamnya. Seiring dengan berkembangnya industri, penduduk dan luasnya areal pemukiman, ketersediaan akan air bersih yang layak diminum semakin langka. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menilai kelayakan / kualitas air unuk menjadi air minum adalah jenis bakteri yang terkandung di dalamnya.
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.
Pemerikasaan bakteriologik air terdiri dari :
1.      Pemeriksaan kuantitatif, yaitu untuk menentukan atau mendeteksi bakteri koli dalam air, terdiri dari tiga tahap yaitu :
a.       Uji pendugaan (presumptive test)
Uji ini dilakukan untuk menduga keberadaan bakteri koli dalam suatu sampel air. Uji dilakukan dalam medium fermentasi kaldu laktosa (laktosa broth) yang berisi tabung Durham. Uji dinyatakan positif bila terbentuk gas pada tabung Durham, karena bakteri koli mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas yang merupakan khasnya. Uji pendugaan dapat menunjukkan kuantitas mikroorganisme koli yang merupakan jumlah perkiraan trdekat (MPN; Most Probable Number). MPN didapatkan dengan menghitung jumlah tabung positif dari tiap seri setelah 24 jam inkubasi pada suhu 37°C. Jumlah tabung tersebut dicocokkan dengan tabel MPN yang sesuai dengan jumlah seri tabung yang digunakan (missal MPN 3-3-3 atau MPN 5-5-5) untuk mengetahui nilai MPN.
b.      Uji penegasan atau penentu (confirmed test)
Konfirmasi dari uji pendugaan perlu dilakukan, karena nilai positif (gas) dari uji pertama dapat juga merupakan reaksi dari bakteri non koli yang bukan indicator pencemar fekal. Uji penentu memrlukan medium selektif atau diferensisal, misalnya BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) dengan dilengkapi tabung Durham, EMB (Eosin Metylen Blue) atau endo agar. umumnya digunakan BGLB dengan tabung Durham karena diketahui ox-bile dan brilliant green dalam BGLB mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yang termasuk memfermentasikan laktosa seperti Clostridia. Syarat uji bernilai positif sama dengan uji pendugaan. Bila pada tahap ini di dalam kultur uji masih terbentuk gas, maka sampel air dinyatakan tidak layak minum.
c.       Uji pelengkap (completed test)
Uji ini merupakan analisis akhir dari sampel air untuk mendeteksi keberadaan bakteri koli fekal. Metode yang digunakan adalah pengecatan Gram terhadap bakteri yang muncul atau tumbuh pada media EMB agar pada uji penentu. Bila karakter koloni berwarna hijau metalik dan hasil pengamatan dengan mikroskop menunjukkan bakteri berbentuk batang tersebut adalah E. coli dan uji pelengkap bernilai positif.
2.      Pemeriksaan kualitatif, yaitu untuk menentukan total mikroba yang terdapat dalam sampel air yang umumnya menggunakan media kaldu agar.

III.              ALAT DAN BAHAN
A.  Alat
1.    Autoclave
2.    Kapas
3.    Incubator
4.    Pipet ukur 5 ml
5.    Pipet ukur 1 ml
6.    Pro pipet
7.    Tabung reaksi
8.    Tabung durham
9.    Rak tabung
10.    Botol semprot
11.    Gelas bekker
12.    Pipet tetes
B.  Bahan
1.    Sampel air
2.    Aquadest
3.    Media LB (lactose broth)

IV.              GAMBAR ALAT         
 
    Oven                          Autoclave                       Incubator

                            
  Gelas Beker               Botol Semprot                   Pipet ukur
            
Tabung Reaksi                        Tabung Durham         Rak Tabung

V.              CARA KERJA
1.    Disiapkan 11 tabung reaksi. Dua tabung reaksi diisi aquadest 4,5 ml. Dan 9 tabung reaksi lainnya diisi dengan media LB 4,5 ml.
2.    Memasukkan tabung durham yang telah diisi dengan LB ke dalam 9 tabung reaksi yang berisi media LB.
3.    Dituutup dengan kapas kesebelas tabung reaksi tersebut.
4.    Semua tabung dijadikan satu dan dibungkus dengan kertas koran.
5.    Melakukan penyeterilan menggunakan autoclave.
6.    Memasukkan masing-masing 0,5 ml sampel ke dalam tabung reaksi I yang berisi aquadest  (10-1) dan ke dalam 3 buah tabung reaksi berisi LB (100).
7.    Melakukan pengeceran 2 kali pada tabung berisi aquadest steril.
8.    Untuk tabung berisi aquadest (10-2), dan 3 buah tabung berisi LB (10-1), ditambahkan 0,5 ml dari tabung aquadest (10-1).
9.    Untuk tabung berisi media LB (10-2), ditambahkan 0,5 ml dari tabung aquadest(10-2).
10.    Menggojog semua tabung reaksi hingga homogen.
11.    Diinkubasi dengan suhu 370 C selama 24-48 jam.
12.    Melakukan pembacaan/pengamatan. Uji positif ditandai dengan adanya gelembung atau kekeruhan.





VI.              HASIL ANALISIS
No.
Tabung
Pengamatan
Jumlah
MPN/100 ml
Positif
Negatif
1.
100
ü  

3
>1100
2.
100
ü  

3.
100
ü  

4.
10-1
ü  

3
5.
10-1
ü  

6.
10-1
ü  

7.
10-2
ü  

3
8.
10-2
ü  

9.
10-2
ü  


                      =
                                  = >110.000 sel/L

VII.              PEMBAHASAN
Pada analisis kali ini, kita menghitung jumlah sel dengan metode MPN. Media yang digunakan untuk penanaman mikroba adalah LB (Lactose Broth). Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkaan frekensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan. MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU, bukan dari sel individu. Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat menggambarkan seberapa banyak sel individu yang tersebar dalam sampel. Metode MPN dirancang dan lebih cocok untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi <100/g atau ml. Oleh karena itu nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak begitu menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi tabung positif tidak sesuai dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri tabung maka semakin tinggi akurasinya.
Hasil dari pengamatan, didapatkan hasil bahwa kesembilan tabung tersebut positif terdapat bakteri koliform. Sehingga jumlah MPN yang didapat adalah >1100 MPN/100 ml dan dari data tersebut didapatkan hasil jumlah mikroba dalam sampel adalah sebanyak >110.000 sel/L. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel air yang diuji tidak layak konsumsi karena positif mengandung bakteri koliform yang sangat banyak.

VIII.              KESIMPULAN
Dari analisis ini didapatkan hasil jumlah bakteri koliform dalam sampel air yang diuji adalah >110.000 sel/L. Sampel tidak layak konsumsi karena mengandung bakteri >110.000sel/L.







PENENTUAN KADAR Cu
dengan METODE SPEKTROFOTOMETRI

I.              TUJUAN
Menentukan kadar Cu dengan metode spektrofotometri.

II.              DASAR TEORI
Cahaya adalah suatu bentuk energi dan merupakan radiasi elektromagnetik. Bagian kecil dari radiasi elektromagnetik adalah cahaya tampak yang dapat dilihat dengan mata kita secara langsung. Radiasi/spektromagnetic tidak dapat dilihat namun demikian sudah ada instrumen yang mampu mendeteksinya.
Prinsip dasar dari spektrofotometri adalah absorbsi sinar oleh sampel. Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Sinar uv tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tetapi dapat diproduksi oleh lampu khusus yang mengandung uap merkuri (gas deutrium). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun..selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya.karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna.
Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analit yang akan dianalisis. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Deuterium disebut juga heavy hidrogen.Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan.Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna.Bening dan transparan.
Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:
Description: clip_image008
dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:
Description: clip_image010
dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A = a . b . c atau A = ε . b . c

dimana:
A              = absorbansi
b               = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c               = konsentrasi larutan yang diukur
ε               = tetapan absorptivitas molar

III.              ALAT DAN BAHAN
A.  Alat
1.    Spektrofotometri
2.    Kuvet
3.    Labu ukur 100 ml
4.    Labu ukur 50 ml
5.    Pipet ukur 10 ml
6.    Pro pipet
7.    Pipet tetes
8.    Botol semprot
9.    Gelas beaker
B.  Bahan
1.    Larutan HCl 1 N
2.    Aquadest
3.    Larutan NH4OH 6 N
4.    Larutan Cu2+ 1000 ppm
5.    Larutan sampel




IV.              GAMBAR ALAT         
     Pipet ukur               Pipet tetes       Botol semprot          Pro pipet
     Gelas beaker     Spektrofotometri       Labu ukur                Kuvet

V.              CARA KERJA
1.      Pembuatan kurva kalibrasi
a.       Memasukkan ke dalam 4 labu takar 100 ml berturut-turut 0,50 ml ; 1,00 ml ; 1,50 ml dan 2,00 ml larutan baku Cu 1000 ppm.
b.      Menambahkan kepada tiap-tiap labu ukur tersebut :29 ml larutan HCl 1 N dan 20 ml larutan NH4(OH) 6 N.
c.       Dikocok dengan baik dan encerkan dengan air suling tepat sampai tanda batas. Larutan siap untuk dilakukan pengukuran.
d.      Memasukkan 29 ml larutan HCl 1 N dan 20 ml larutan NH4(OH) 6 N dalam labu 100 ml yang lain.
Encerkan pula tepat sampai tanda batas dengan air suling. Larutan ini adalah blangko.
e.       Mengukur absorbansi pada χ 580 nm.
f.       Membuat grafik yang menyatakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi larutan Cu.
2.      Penetapan kadar tembaga (Cu) secara spektrofotometri
a.       Mengambil larutan sampel sebanyak 5 ml dalam labu ukur 50 ml.
b.      Menambahkan sebanyak 14,5 ml larutan HCl 1 N dan 10 ml larutan NH4(OH) 6 N, kocok dengan baik.
c.       Mengencerkan dengan air suling tepat tanda batas.
d.      Mengkur absorbansi larutan Cu dengan spektrofotometer.
e.       Dari nilai absorbansi yang diukur diatas dan berdasarkan kurva kalibrasi, tentukan konsentrasi Cu dalam larutan yang telah dipisahkan.

VI.            HASIL ANALISIS
Tabel hasil pengukuran absorbansi pada standar Cu :
Konsentrasi
Absorbansi
5 ppm
0,005
10 ppm
0,009
       15 ppm
0,014
20 ppm
0,018
Sampel
0,008

Dari data kalibrasi, diperoleh persamaan y = bx + a dengan nilai
a = 5 x 10-4 = 0,0005
b = 8,8 x 10-4 = 0,00088
r = 0,998
untuk sampel dengan konsentrasi x dan absorbansi sampel 0,008 dapat dihitung nilai x dari persamaan y = bx +a
y          =          bx        +          a
0,008   =  0,00088x     +  0,0005
x         =
= 8,523
Konsentrasi sampel sesungguhnya
=          x          :           fp
=     8,523        :      
=     85,23 ppm

VII.            PEMBAHASAN

Pada analisis penentuan kadar cu dengan spektrofotometri didapatkan hasil konsentrasi sampel sebesar 85,23 ppm. Seharusnya cu tersebut memiliki konsentrasi 100 ppm. Hasil R yang didapat adalah 0,998 sedangkan nilai R yang seharusnya adalah 1. Kemungkinan kesalahan terjadi saat pembuatan standar, saat pembacaan atau juga saat penambahan reagent. Sampel yang seharusnya diambil secara kuantitatif tapi karena kurang teliti, misalnya saat dipindah dari pipet volume ke erlenmeyer, tidak sejumlah volume yang dimaksud dapat terpindahkan semua juga akan sangat mempengaruhi hasil analisis.

VIII.            KESIMPULAN
Dalam analisis ini, didapat konsentrasi sampel sebesar 85,23 ppm.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar